Kamis, 27 Januari 2011

Harap, pinta, dan Do'a

"Cinta adalh sesuatu yg menakjubkan. Kamu tidak perlu mengambilnya dari seseorang untuk memberikannya kepada orang lain . Kamu selalu memilikinya lebih dari cukup untuk diberikan kepada orang lain."

  " Ya Allah sebaik-baiknya rencana, tetap rencana-Mulah yang terbaik. Dan sebaik-baiknya pilihan tetap pilihan-Mulah yang terbaik. Maka anugerahilah hamba rencana dan pilihan terbaik-Mu untuk hamba. Rabbana taqabbal minna innaka Antas Samii'ul 'Aliim wa tub 'alaini innaka Antat Tawwaabur Rahim. Amin."
   "Ya Allah, aku tidak mengharap apa- apa kecuali ridha-Mu. Ya Allah, sucikanlah diriku lahir dan batin dan temuknlah diriku dengan hamba-Mu yang saleh untuk menjadi pendamping dan imamku meraih ridha-Mu. Amin."

      " Ya Allah, jika hamba salah mengharapkan dia. Maka pupuslah harapan ini. Jika hamba benar mengharap dia dan Engkau meridhainya maka aku serahkan semuanya kepada rencan-Mu. Engkau Dzat Yang Maha Kuasa Dan Maha Tahu. Amin. "

Senin, 24 Januari 2011

sudah cukup

 Kumasih simpan kisah malam itu disaat tatap matamu buka senyummu...Sayang selama ini kau kemana seumur hidup ku mencari tuk jatuh cinta terakhirku... bagaimana cara membuatmu mengerti nyaris ku menyerah jalani semua..tak kuat ku menahanmu mempertahankan cintaku namun kau begitu saja...sungguh aku tak bisa sampai kapan ku tak bisa,sulit untuk kubisa memisahkan segla cinta n benci yg ku rasa..lihat aku disini ku menangis menantimu,setengah hati padaku ku sakit karnamu..Mungkin suatu saat nanti kau temukan bahagia meski tak bersamaku bila nanti kau tlah jauh kenanglah aku sepanjang hidupmu..
Saat menanti kutemukan lagu ini hemmm...keren jg liriknya dygta cinta sudah terlambat
Seandainya ku katakan yang sesungguhnya_ seandainya kau katakan yg sesungguhnya padaku
Tentang perasaanku padamu selama ini_tentang perasaamu kepadaku
Seandainya ku bisa memutar kembali
Waktu yang telah pergi dariku
Saat kau ada disini denganku
Sebenarnya hatiku selalu mencintaimu_sebenarnya hatimu selalu mencintaiku
Hanya saja ku tak pernah mengatakan kepadamu_hanya saja kau tak pernah mengatakan kepaku
Dalamnya cintaku menggenggam tulus hatimu
Namun kini kau katakan cinta sudah terlambat_namun kini harus kukatakan cinta sudah terlambat
Seharusnya ku tak biarkan kau menanti_seharusnya  kau tak biarkan ku menanti
Kata cinta dariku yang tersimpan terlalu lama_kata cinta darimu yg tersimpan telalu lama
Dan seharusnya ku pahami isi hatimu_seharusnya kau pahami isi hatiku
Yang tulus menyayangi diriku_yang tulus menyanyangimu
Sebelum cinta menjadi miliknya
Cinta sudah terlambat
 Namun kini kau katakan cinta sudah terlambat


Bawalah pergi cintaku_Afgan
Tak ada lgi kesempatanku untuk bisa bersamamu..
kini ku tau bagaimana cara ku untuk dapat trus denganmu..
bawalah pergi cintaku ajak kemana kau mau, jadikan temanmu
teman yang paling kau cinta
disini ku pun begitu trus cintaimu dhidupku
didalam hatiku..sampai waktu yg pertemukan kita nanti


Tak pernah terlintas dibenakku saat pertama kita bertemu..sesuatu yg indah tumbuh dalam gundah haru dan merekah..
Tulus hatimu buka mataku..tegar jiwamu hapus raguku membuncah dihati harapan yg suci..menyatukan janji n jiwa..bunga-bunga cinta indah bersemi diantara harap pinta pda-Nya..Tuhan pautkanlah cinta dihati berpadu indah dalam mihrob cinta...saat senyumnya menjadi senyum untukku saat pilihnnya tak jtuh padaku..ku tetap pasrahkan padaNya..berharap mampu menghapus tiap tetes air mataku..

Sejenak aku terpaku tak biasa
Menatapmu aku membisu yang ku rasa
Mungkinkah kini ada cinta
Yang melawan hatiku
Dahulu aku yang tak pernah bisa
Tak mungkin benar rasa di hatiku
Berdetak deras jantung tak menentu
Jika mungkin benar hatiku begitu
Masihkah ku ragu ragu
Saat waktu berlalu benarkah ini
Sungguh ku takut bila ku tertipu
Setengah mati
Mungkinkah kini ada cinta
Yang melawan hatiku
Dahulu aku yang tak pernah bisa
Aaaaa…
Tak mungkin benar rasa di hatiku
Berdetak deras jantung tak menentu
Jika mungkin benar hatiku begitu
Masihkah ku ragu ragu
Saat waktu berlalu benarkah ini


Sadarkah kau kunanti...

Selasa, 04 Januari 2011

Senyumlah

Berilah senyum :


Kisah di bawah ini adalah kisah yang saya dapat dari milis alumni Jerman, atau warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di sana . Demikian layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.

...Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya.

Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama “Smiling.” Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah.

Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi kerestoran McDonald’s yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.

Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.

Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir ? Saat berbalik itulah saya membaui suatu “bau badan kotor” yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.

Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang “tersenyum” kearah saya.
Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima ‘kehadirannya’ ditempat itu.

Ia menyapa “Good day!” sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya ‘tugas’ yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya. Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah “penolong”nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai didepan counter.

Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru segera memesan “Kopi saja, satu cangkir Nona.” Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan direstoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.


Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua ‘tindakan’ saya.

Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap “makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua.”

Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah ber-kaca2 dan dia hanya mampu berkata “Terima kasih banyak, nyonya.”
Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata “Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian.”

Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.

Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka. Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata “Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan ‘keteduhan’ bagi diriku dan anak-2ku! ” Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur dan menyadari,bahwa hanya karena ‘bisikanNYA’ lah kami telah mampu memanfaatkan ‘kesempatan’ untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.

Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin ‘berjabat tangan’ dengan kami.

Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap “Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami.”

Saya hanya bisa berucap “terimakasih” sambil tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada ‘magnit’ yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-2kan tangannya kearah kami. Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar2 ‘tindakan’ yang tidak pernah terpikir oleh saya. Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa ‘kasih sayang’ Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!

Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan ‘cerita’ ini ditangan saya. Saya menyerahkan ‘paper’ saya kepada dosen saya. Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, “Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?” dengan senang hati saya mengiyakan. Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang didekat saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.

Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya .

“Tersenyumlah dengan ‘HATImu’, dan kau akan mengetahui betapa ‘dahsyat’ dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu.”

Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah ‘menggunakan’ diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di McDonald’s, suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu: “PENERIMAAN TANPA SYARAT.”

Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA!

Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan cerita ini kepada orang2 terdekat anda. Disini ada ‘malaikat’ yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita ini akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya!

Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya ‘sahabat yang bijak’ yang akan meninggalkan JEJAK di dalam hatimu.
Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi dengan orang lain, gunakan HATImu! Orang yang kehilangan uang, akan kehilangan banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilangan lebih banyak! Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan kehilangan semuanya! Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap hewan makanan bagi mereka, tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu ke dalam sarang mereka, hewan itu tetap harus BERIKHTIAR untuk bisa mendapatkannya.

Orang-orang muda yang ‘cantik’ adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orang tua yang ‘cantik’ adalah hasil karya seni. Belajarlah dari PENGALAMAN MEREKA, karena engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk bisa mendapatkan semua itu dari pengalaman dirimu sendiri
.